Pengalaman Estetis Galeri Nasional


Malam, tugas yang telat tapi saya akan berusaha mengerjakannya dengan perjuangan hati akal dan kewarasan saya, kali ini saya diminta untuk membuat sebuah tulisan tentang pengalaman saya ke Galeri Nasional yang beralamat di Jl. Medan Merdeka Tim. No.14, RT.6/RW.1, Gambir, Kecamatan Gambir, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10110. yah tepat satu satunya galeri yang berlebel Nasioanal lebih Tepatnya :)



oke waktu itu saya berkunjung ke Galeri Nasional 2 kali yang pertama adalah kunjungan kerjasama antara Galnas dan kegiatan yang saya buat. nah disini saya diminta untuk keliling melihat koleksi pameran yang ada digedung gedung di galeri nasional.

Jelang 2 Pekan saya kembali membawa peserta sebanyak 50 orang untuk berkunjung ke Galeri Nasional nah kali ini berbeda saya harus memahami ruang dan koleksi dari galeri nasional ini membantu pihak dari Galeri Nasional mengiring pesrta yang dipecah menjadi kelopok ( kloter) saya bersama rekan saya membagi tugas kloter dibuat menjadi 2 kelompok besar.

Setiap kelompoknya didamping oleh Pemandu Tiap galerinya Nah ini kesempatan saya sambil belajar dan melakukan, dengan mahir sang pemandu menjelaskan tiap koleksi yang ada di Galeri Nasional itu, selain pemaparan karya seni yang ada peserta diajak untuk mengetahui sisi lain dari karya seni tersebut. 

Antusias peserta sangat tinggi pemandu dan pengurus dari Galeri Nasional ini bersama - sama melaksanakan kegiatan keakraban dengan cara bermain sambil belajar, yang lebih berbahagia lagi pihak  Galeri Nasional sangat bangga karena peserta ini perwakilan tiap dari dari Indonesia kita ini, yang teringat dibenak saya ini adalah " Karya ini sangat berharga bukan karena pembuatnya saat ini tapi hari sangat bangga disaksikan perwakilan calon penerus bangsa nantinya". kata yang singkat tapi cukup mendalam bila dipikirkan bagi orang yang berpikir.

Lobby Gedung A 

Karya Baru Isak tangis 2 tahun berlalu, saya yang kedua kaliannya seperti tak percaya lukisan ini adalah realita terbayang orang yang kita kenal bertumbang, sambil mengusap sedikit kecamasan kala itu seperti terhanyut dalam nostalgia cerita orang yang menjadi korban kala itu,





dilantai 2nya saya kembali tetahan dengan karya lukisan Lukisan: Misbach Tamrin Personel Sanggar Bumi Tarung pasalnya 



di sekitar tahun 90-an, para perupa anggota Sanggar Bumi Tarung (SBT) yang ditahan rezim Orde Baru, telah dibebaskan kembali ke masyarakat. Seperempat dari jumlah seluruh anggota SBT, telah tiada alias tewas akibat dampak tragedi peristiwa ’65. Hampir separonya kebanyakan telah meninggal setelah sekian lama dibebaskan.

Tercatat, diantara mereka yang masih hidup, bisa kembali tampil dalam Pameran SBT -II, tahun 2008 di Galeri Nasional Indonesia (Galnas) Jakarta.

Sejak selama 46 tahun tak pernah muncul. Terhitung mulai pameran perdananya tahun 1962 di Balai Budaya Jakarta. Pameran bersama ke-2 tersebut, hanya diikuti oleh sekitar 10 orang perupa. ( Foto kedua, dari karya lukisan Misbach Tamrin).

Kemudian, dalam pameran SBT ke-3, dalam rangka Ultah SBT ke-50, tahun 2011 di Galnas pula, diikuti oleh 8 orang perupa. Minus pematung Soedjatmoko dari Yogyakarta yang meninggal dalam usia 78 tahun. Serta Muryono, pelukis dari kota Prambanan (Jawa Tengah) yang wafat dalam usia 66 tahun.

Sekarang, tersisa yang masih hidup, tinggal 7 0rang. Minus, pematung/pelukis Sudiyono SP yang meninggal dalam usia 70 tahun. ini seperti pandangan kita selaku penerus giat seni apakah masih sama seperti BST atau BST dengan gaya baru yah itu memang tergantung masing masing dalam perjalanan hidup masing masing ....

Komentar

Postingan Populer